Selasa, 16 Juni 2009

Puisi Cinta Sang Fisikawan

Archimedes dan Aristoteles takkan mengerti
Medan magnet cinta yang berinduksi di antara kita
Newton dan Edison juga takkan sanggup
merumuskan E=mc*
Ah, tak sebanding dengan momen cinta kita
Oh, para fisikawanku
Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Maya, terbalik dan diperkecil
Dengan kekuatan lensa maksimum, kemudian tampak
Nyata, tegak dan diperbesar
Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa
Wahai ibu bapak pembimbingku
Engkaulah fisikawanku
Dan aku, penerus perjuanganmu, fisikawan muda
Yang baru tereksitasi oleh medan cintamu
Cintaku lebih besar dari bilangan Avogadro
Walau jarak kita bagai matahari tanpa pluto
Saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu
Berinterferensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna
Tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan
Angular yang tak terbatas
Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi
Energi potensial cintaku tak terpengaruholeh terpaan gaya
Bahkan hukum kekekalan energi
Tak dapat menandingi
Hukum kekekalan cinta antara kita
Lihat hukum cinta kita
Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik equilibrium yang sempurna
Yang takkan terhembus oleh kuatnya sinar gamma
Dengan inersia tak terhingga
Takkan tergoyahkan impuls atau momentum gaya
Inilah resultan momentum cinta kita
Cinta antara engkau dan aku
Antara fisikawan dengan fisikawan muda

Mahabbah Cinta

Alangkah sedihnya perasaan dimabuk cinta
Hatinya menggelepar menahan dahaga rindu
Cinta digenggam walau apa yang terjadi
Kalau ia terputus, ia sambung seperti mula
Lika-liku cinta terkadang bertemu surga
Menikmati pertemuan indah dan abadi
Tapi tak jarang bertemu neraka
Dalam pertarungan yang tiada berpantai

(Rabi'ah al-Adawiyah)